REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengakui tingkat literasi Indonesia masih sangat rendah. Makna rendah di sini berkaitan dengan daya membaca masyarakat, bukan minatnya.
“Kalau minat baca seperti kegiatan membaca melalui media sosial itu sangat tinggi angkanya. Namun daya baca inilah yang masih sangat rendah,” ungkap Mendikbud Anies dalam acara Pembukaan Pameran Buku the Big Bad Wolf Book Sale di Serpong, Tangerang, Jumat (29/4).
Untuk itu, dua hal sebenarnya sama-sama harus didorong ke depannya. Anies mengungkapkan, Indonesia menempati posisi 60 dari 61 untuk negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia pada awal Maret lalu. Penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh Central Connecticut State University.
Menurut Anies, keunggulan Indonesia hanya pada infrastruktur penyediaan kegiatan baca. Angka perpusatakaan Indonesia lebih tinggi dibandingkan Jerman, Korea Selatan, Portugis dan Selandia Baru. Angkanya memang cukup tinggi tapi permasalahannya terdapat pada pembacanya.
“Perpustakaannya banyak tapi tidak ada yang baca, perpustakaannya kosong,” terang Pria yang pernah menjabat Universitas Paramadina ini.
Untuk menghadapi hal itu, Anies mengungkapkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah mengeluarkan Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang kegiatan Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu programnya adalah membiasakan membaca 15 menit sebelum jam pelajaran sekolah dimulai. Melalui kegiatan ini, para siswa akan dibiasakan membaca dengan jenis bacaan apapun.
Anies menilai pelibatan publik dalam meningkatkan tingkat literasi anak merupakan salah satu cara tepat. Hal ini karena persoalan rendahnya literasi di Indonesia bukan karena buku saja tapi penggiatnya juga. Oleh karena itu, gerakan literasi ini sebenarnya tidak hanya menjadi bagian pemerintah tapi masyarakat juga.
Baca juga, Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook