Kamis 28 Jan 2021 06:48 WIB

Pasokan Batu Bara Terhambat, Cadangan Listrik Anjlok

Terdapat sekitar 12 GW PLTU dengan ketersediaan batubara di bawah 10 hari.

Rep: intan pratiwi/ Red: Hiru Muhammad
Aktivitas bongkar muat batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10).
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Aktivitas bongkar muat batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian ESDM mengakui saat ini karena bencana banjir di Kalimantan distribusi pasokan batubara menjadi terhambat. Hal ini berimbas pada cadangan listrik (reserve margin) nasional anjlok dari 30 persen ke 10 persen.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana membeberkan, batubara menjadi energi primer utama penghasil listrik. Di sistem Jawa-Madura dan Bali (Jamali) misalnya, dari rata-rata beban puncak 25 Gigawatt (GW), batubara berkontribusi terhadap 16 GW atau sekitar 65 persen kebutuhan listrik saat beban puncak.

Akibatnya, kondisi ketersediaan listrik pun menurun. Untuk sistem Jamali, dalam kondisi normal reserve margin yang dimiliki berkisar di angka 30 persen. Namun per 25 Januari 2021, reserve margin nya anjlok menjadi sekitar 10 persen.

Dengan kondisi itu, sistem Jamali yang sebelumnya oversupply, sekarang tak lagi memegang status tersebut. "25 Januari kemarin, itu reserve margin Jamali 10-11 persen, itu buat kita normal lah, artinya tidak oversupply," ujar Rida dalam konferensi pers, Rabu (27/1).

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa terdapat sekitar 12 GW PLTU dengan ketersediaan batubara di bawah 10 hari. Dengan pertimbangan teknis dan keamanan, PLTU akan berhenti saat stok sudah menipis hingga 3-4 hari."Nggak akan kita paksakan sampai habis, karena ada faktor teknis dan keamanan. Jadi masih ada ruang 10 hari ke 3 hari untuk menaikkan reserve margin, sudah diidentifikasi," kata Rida.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement